Rupiah Sepekan Melemah Hampir 1 Persen, Berikut Penyebabnya

Rupiah Sepekan Melemah Hampir 1 Persen, Berikut Penyebabnya

JAKARTA – Skor tukar rupiah pada sepekan perdagangan 17-21 Maret 2025 melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat ( Dolar Amerika ). Depresiasi rupiah ini salah satunya disebabkan lantaran modal asing yang digunakan mengundurkan diri dari hingga Rp4,25 triliun.

Mengutip data Bloomberg, Mingguan (23/3/2025), rupiah spot pekan ini ditutup melemah 0,10 persen pada level Rp16.501 per Mata Uang Dollar dari sebelumnya Rp16.406 per Mata Uang Dollar dalam awal pekan. Rupiah mencatatkan data pelemahan 0,92 persen pada sepekan terakhir. Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Ibukota Indonesia Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah melemah 0,66 persen dari akhir pekan lalu yang digunakan ada di area Rp16.392 per USD.

Data stabilitas nilai rupiah BI menunjukkan, modal asing pergi dari dari bursa keuangan domestik mencapai Rp4,25 triliun di periode 17-20 Maret 2025. Sepekan lalu, rupiah melemah juga Skala Harga Saham Gabungan (IHSG) pun anjlok yang dimaksud menyebabkan perdagangan sempat dihentikan sementara.

“Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.470 per USD. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 7,08 persen. Ukuran dolar Negeri Paman Sam (DXY) menguat ke level 103,85. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke 4,237 persen,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, di keterangan resminya.

BI melaporkan selama periode 17-20 Maret 2025, penanam modal asing melakukan jual neto mencapai Rp4,25 triliun. Rinciannya, terjadi jual neto Rp4,78 triliun di area bursa saham dan juga Rp0,67 triliun di tempat Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), sementara dalam pangsa SBN masih tercatat beli neto sebesar Rp1,20 triliun. Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2025 hingga 20 Maret, penanam modal asing mencatatkan jual neto Rp28,10 triliun dalam bursa saham.

Sementara itu, pemodal asing mencatatkan beli neto Rp23,87 triliun pada lingkungan ekonomi SBN danRp 8,58 triliun di dalam SRBI. Hal itu mencerminkan preferensi terhadap instrumen pendapatan tetap memperlihatkan di dalam berada dalam ketidakpastian bursa saham.

Selain itu, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun naik menjadi 88,51 basis poin (bps) pada 20 Maret 2025, dibandingkan 81,20 bps pada 14 Maret 2025. Pengembangan ini mencerminkan persepsi risiko terhadap bursa keuangan domestik yang digunakan cenderung meningkat.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah salah satunya dari Dolar pulih dari kerugian pasca-Fed akibat pangsa semakin yakin bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi tinggi untuk waktu yang lebih tinggi lama tahun ini, bahkan ketika mempertahankan proyeksi pemotongan 50 basis poin pada tahun 2025.

“Pasar terlihat memperkirakan lebih besar sedikit prospek suku bunga turun di waktu dekat, khususnya lantaran Fed tidaklah mengubah suku bunga minggu ini,” ungkap Ibrahim di risetnya.

Dari sentimen domestik, Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Penanam Modal Service menetapkan peringkat kredit atau sovereign credit rating atau SCR Indonesia pada level Baa2 dengan outlook stabil. Lembaga pemeringkat Moody’s menilai sektor ekonomi Indonesia masih resilien didukung oleh pertumbuhan dunia usaha yang dimaksud stabil lalu solid juga kredibilitas kebijakan moneter kemudian fiskal yang digunakan terjaga. Berdasarkan data-data tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif juga ditutup melemah direntang Rp16.490 – Rp16.550 per USD.