Mendag Putar Otak Hadapi Perang Dagang AS, Gini Nasib Ekspor Mebel RI

Mendag Putar Otak Hadapi Perang Dagang AS, Gini Nasib Ekspor Mebel RI

Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan, Negara Indonesia harus dapat bersaing pada sektor furnitur, mebel kemudian kerajinan. Salah satunya dengan menembus bursa ekspor ke Eropa di dalam berada dalam tingginya tarif resiprokal yang ditetapkan Amerika Serikat  (AS) melawan impor dari banyak negara, salah satunya Indonesia.

Hal itu diharapkan akan segera lebih besar sederhana tercapai saat Indonesi sudah ada menyelesaikan IEU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/ Kerja Sama Sektor Bisnis Komprehensif Indonesia-Uni Eropa). Perjanjian itu ditargetkan akan segera selesai pada waktu dekat, sehingga tarif masuk ke Eropa dapat berubah menjadi 0.

“Semester 1 ini diharapkan selesai IEU CEPA, kita harus bersaing dengan Vietnam dia udah punya CEPA dengan, itu yang kita lakukan untuk menyokong ekspor,” kata Budi Santoso pada peluncuran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2026 dalam Kantor Kemendag, Ibukota Indonesia Pusat pada Rabu (21/5).

Dengan demikian barang furnitur kemudian kerajinan Negara Indonesia dapat bersaing pada negara lain. Selain Uni Eropa, ada beberapa negara lain yang digunakan berkemungkinan untuk berubah menjadi lingkungan ekonomi ekspor, apalagi Negara Indonesia juga sudah ada melakukan perjanjian dagang dengan negara tersebut.

“Perluasan pangsa perlu. Kita ini menghadapi konflik dagang AS, jadi kita diperlukan menumbuhkan lingkungan ekonomi dalam negara lain. Nusantara Canada CEPA sudah ada selesai, tinggal implementasi Juli ditandatangani, 11 Juni juga tandatangani Indonesia-Tunisia CEPA, coba dipelajari bagaimana ekspor ke sana,” sebut Budi Santoso.

Sementara itu Ketua Umum Himpunan Industri Mebel serta Kerajinan Indonesi (HIMKI) Abdul Sobur mengakui, Amerika Serikat merupakan lingkungan ekonomi besar yang tersebut bermetamorfosis menjadi tujuan ekspor Nusantara selama ini.

“53 persen market kita, mebel kemudian kerajinan itu ke Amerika Serikat. Jadi kalau itu tarif efektif itu akan berjalan guncangan,” kata Abdul Sobur.

Pasar Indonesi masih dapat meluas di mana tarif yang dikenakan oleh Amerika Serikat terhadap China masih tinggi. Namun beberapa waktu sesudah itu Negeri Paman Sam menurunkan tarif resiprokalnya ke China.

“Awalnya kita berpikir kalau Cina pada berhadapan dengan itu (tarifnya), ruang pangsa pada Amerika justru masih menarik. Karena persaingan tinggal terdiri dari negara seperti Vietnam, Malaysia, Meksiko, Kanada, kemudian ada Italia pada sana, dan juga ada India. Kalkulasinya kemungkinan Asia Tenggara kita bisa jadi unggul ya, sebab Cina juga akan menghantam Vietnam,” ujarnya.

Next Article Rahasia Vietnam Jadi Raja Mebel Planet Terbongkar, Pantesan RI Keok

Artikel ini disadur dari Mendag Putar Otak Hadapi Perang Dagang AS, Gini Nasib Ekspor Mebel RI