Daftar Isi
- Moody’s Pangkas Rating Negeri Paman Sam
- Kebijakan Suku Bunga Negara Indonesia
- Kisi-kisi Kebijakan Prabowo 2026
- Suku Bunga China
Jakarta, CNBC Indonesia – Ukuran Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat dibuka menguat pada awal perdagangan hari ini, Mulai Pekan (19/5/2025), meskipun tak bertahan lama.
IHSG dibuka naik 0,1% atau menguat 6,91 poin ke level 7.113,44. Sebanyak 219 saham naik, 51 turun, lalu 294 tak bergerak. Skor kegiatan mencapai Mata Uang Rupiah 159,51 miliar pagi ini yang dimaksud melibatkan 307,64 jt saham dalam 24.193 kali transaksi.
Meski demikian, selang semenit setelah pangsa dibuka IHSG langsung berbalik arah berpindah ke zona merah kemudian mengikuti gerak bursa saham Asia lainnya yang tersebut kompak terkoreksi hari ini.
Adapun, pangsa saham Asia-Pasifik dibuka melemah pada Hari Senin (19/5/2925) seiring pelaku bursa mendambakan rilis data ekonomi dari berubah-ubah negara dalam kawasan. Tekanan juga datang dari penurunan peringkat utang Amerika Serikat oleh lembaga pemeringkat Moody’s.
Indeks Nikkei 225 Negeri Sakura tergelincir 0,54% pada awal perdagangan, sementara Topix turun 0,36%. Di Korea Selatan, Kospi merosot 0,47% serta Kosdaq yang tersebut berkapitalisasi kecil melemah 0,77%.
Di Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 terkoreksi 0,15% ketika pengaktifan pasar. Sementara itu, kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong berada pada sikap 23.270, lebih lanjut rendah dari penutupan sebelumnya di dalam 23.345,05.
Pekan ini baik pangsa saham, mata uang dan juga SBN akan menjalani perdagangan selama lima hari penuh. Hal ini berbeda dengan pekan-pekan sebelumnya yang mana berlangsung tiga atau empat hari oleh sebab itu ada libur panjang.
Sejumlah sentimen penting akan menggerakkan lingkungan ekonomi pada pekan ini, baik dari pada negeri ataupun luar negeri.
Meredanya pertempuran dagang serta koreksi rating pemerintah Amerika Serikat akan menjadi salah satu penggerak sentimen. Dari di negeri, pelaku bursa menanti kebijakan suku bunga Tanah Air yang tersebut disampaikan pada Rabu pekan ini.
Moody’s Pangkas Rating AS
Lembaga pemeringkat utang, Moody’s Investors Service resmi menurunkan peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat dari AAA berubah menjadi AA1 pada hari terakhir pekan (17/5/2025) waktu AS.
Penurunan ini menandai berakhirnya status “triple-A” dari Moody’s, yang digunakan sebelumnya masih bertahan jika dibandingkan dua lembaga lainnya, Standard & Poor’s lalu Fitch Ratings.
Moody’s menyimpulkan lonjakan beban utang lalu meningkatnya biaya bunga sebagai pemicu utama koreksi peringkat.
“Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang lalu pembayaran bunga ke level yang digunakan sangat jauh lebih banyak tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa,” tulis Moody’s di pernyataan resminya.
Dalam proyeksinya, Moody’s memperkirakan bahwa rasio defisit anggaran terhadap Layanan Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam akan meningkat dari 6,4% pada 2024 bermetamorfosis menjadi hampir 9% pada 2035.
Kenaikan ini teristimewa dipicu oleh melonjaknya pembayaran bunga melawan utang, belanja jaminan sosial yang digunakan terus naik, juga proyeksi pendapatan negara yang digunakan relatif stagnan. Di sisi lain, rasio utang pemerintah terhadap Ekonomi Nasional juga diproyeksikan meningkat tajam, dari 98% pada tahun ini berubah jadi sekitar 134% pada 2035.
Sebelumnya, S&P menurunkan rating Negeri Paman Sam ke AA+ pada Agustus 2011, disusul oleh Fitch yang mana melakukan hal sama pada Agustus 2023. Moody’s selama ini bermetamorfosis menjadi satu-satunya yang dimaksud masih mempertahankan rating triple A, sebelum akhirnya bergabung menyesuaikan.
Kebijakan Suku Bunga Indonesia
Bank Tanah Air (BI) juga akan mengatur Rapat Dewan Pengurus (RDG) bulan Mei 2025 yang mana berlangsung pada Selasa serta Rabu pekan ini (20-21/5/2025). Salah satu yang mana paling ditunggu-tunggu pelaku pangsa adalah tentang langkah suku bunga acuan.
Pelaku lingkungan ekonomi mengantisipasi apakah BI akan memangaks suku bunga pada berada dalam melambatnya perekonomian Indonesia.
Sebagai catatan, kegiatan ekonomi Indonesi hanya saja bertambah 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021 ketika era pandemi Covid-19.
Pelaku pangsa ketika ini masih mengamati BI menahan suku bunag di dalam leve 5,75%. Namun, ada kemungkinan pemangkasan apabila mengamati permintaan untuk mendongkrak pertumbuhan.
Pada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di dalam level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI pada melindungi stabilitas harga jual agar terus berada pada rentang target kenaikan harga 2,5% ±1% untuk tahun 2025 juga 2026, sekaligus melindungi stabilitas nilai tukar rupiah di dalam berada dalam ketidakpastian global yang mana meningkat dan juga menggalang peningkatan kegiatan ekonomi domestik.
Selain suku bunga acuan, tingkat suku bunga prasarana simpanan (deposit facility) kemudian prasarana pinjaman (lending facility) juga terus dipertahankan tiap-tiap pada level 5,00% dan juga 6,50%.
Kisi-kisi Kebijakan Prabowo 2026
Pemerintah akan mengutarakan dokumen KEM PPKF atau Kerangka Sektor Bisnis Makro kemudian Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 pada Selasa (20/5/2025). Kebijakan fiskal ini sangat penting untuk menjadi deskripsi belanja prioritas pada tahun depan dan juga target-target pemerintah, mulai dari perkembangan hingga inflasi.
Dokumen ini akan bermetamorfosis menjadi dasar dari penyusunan Anggaran Pendapatan lalu Belanja Negara (APBN) 2026.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan menyatakan jikalau penyusunan KEM-PPKF ini akan mengacu pada tema utama yang mana selaras dengan visi pembangunan di Astacita.
Salah satu prioritas kebijakan ke depan adalah makan bergizi gratis untuk anak sekolah, penguatan koperasi melalui kegiatan Koperasi Merah Putih, dan juga pembangunan ekonomi pada pengembangan human capital akan berubah jadi bagian inti dari strategi fiskal tahun 2026.
Suku Bunga China
Pada Selasa (20/5/2025), akan ada rilis suku bunga acuan ke China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu serta lima tahun.
Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 basis poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, yang digunakan berubah jadi acuan sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, yang digunakan digunakan sebagai referensi suku bunga hipotek, berada di dalam 3,60%.
Prediksi penurunan ini tidak ada mengejutkan oleh sebab itu sebelumnya Pengelola PBoC, Pan Gongsheng, telah lama mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.
Next Article IHSG Gagal Lagi Balik ke 7.100, Bidang Ini adalah Biang Keroknya
Artikel ini disadur dari IHSG Bergerak di Zona Merah Mengekor Gerak Bursa Asia