Jakarta – China mengambil langkah besar di persaingan teknologi luar angkasa dengan Amerika Serikat melalui peluncuran konstelasi satelit komputasi canggih, yang dirancang untuk membentuk jaringan komputer raksasa ke luar angkasa.
Langkah ini menandai era baru di pemanfaatan satelit, bukanlah sekadar untuk komunikasi serta penginderaan, tetapi untuk memproses data secara mandiri tanpa ketergantungan pada infrastruktur pada Bumi.
Menurut pernyataan resmi dari China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC), banyaknya 12 satelit telah terjadi berhasil dirilis dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di dalam China utara menggunakan roket Long March 2D pada 14 Mei 2025.
Misi ini bermetamorfosis menjadi tonggak penting pada acara yang tersebut disebut “Star Computing”, sebuah proyek strategis yang digunakan ditujukan untuk merancang pusat komputasi berbasis luar angkasa.
“Misi peluncuran ini berhasil sepenuhnya dan juga menempatkan konstelasi satelit komputasi luar angkasa ke orbit yang dimaksud sudah pernah ditentukan,” tulis CASC pada pernyataan resminya, sebagaimana dikutipkan Newsweek, Akhir Pekan (18/5/2025). “Ini merupakan konstelasi pertama dari kegiatan ‘Star Computing’.”
Berbeda dengan sistem satelit konvensional yang mana mengirimkan data kembali ke Bumi untuk diproses, konstelasi baru ini akan menjalankan pemrosesan data secara secara langsung pada orbit.
Hal ini akan menghilangkan permintaan akan sistem pendingin kompleks yang tersebut biasanya dibutuhkan pusat data ke darat, sekaligus menghurangi risiko gangguan dari infrastruktur fisik ke Bumi. Selain efisiensi energi, sistem ini juga diperkirakan akan memiliki faedah strategis militer di dalam masa konflik.
Satelit-satelit ini dikembangkan oleh perusahaan teknologi luar angkasa China, Guoxing Aerospace Corporation, lalu dirancang untuk saling terhubung menggunakan teknologi laser, membentuk jaringan komputasi yang dimaksud canggih serta independen.
Menurut laporan surat kabar resmi Kementerian Sains kemudian Teknologi China, ST Daily, Negeri Tirai Bambu berusaha mencapai pembangunan 2.800 satelit untuk jaringan ini.
“Pembangunan konstelasi pertama akan menciptakan jaringan komputasi masa depan… memenuhi keinginan yang tersebut berprogres untuk komputasi waktu nyata di dalam luar angkasa, dan juga membantu negara mengawasi pada pengerjaan infrastruktur komputasi global berbasis luar angkasa,” tulis ST Daily.
“Ini akan menempatkan China pada sikap dominan pada lapangan usaha masa depan lalu menyokong terobosan kecerdasan buatan dari darat hingga ke orbit.”
Persaingan Memanas
Langkah agresif China ini berubah menjadi perhatian serius bagi Amerika Serikat, yang tersebut sedang menghadapi ketatnya persaingan di bidang teknologi luar angkasa, komputasi berkecepatan tinggi, dan juga kecerdasan buatan (AI).
Menurut laporan terbaru, satelit militer Amerika Serikat sempat terpantau “mengintai” satelit-satelit China, sebuah indikasi nyata dari memanasnya persaingan ke luar atmosfer.
Selain itu, proyek luar angkasa China di dalam Amerika Latin juga sudah pernah mengakibatkan perasaan khawatir strategis dalam kalangan militer AS. Seorang jenderal membesar Amerika Serikat bahkan mengingatkan tentang meningkatnya pengaruh China di dalam kawasan yang dimaksud melalui jalur luar angkasa.
Jika dibandingkan dengan Starlink milik Elon Musk-yang merupakan jaringan satelit terbesar di globus dengan lebih banyak dari 6.750 satelit berpartisipasi per akhir Februari 2025-jumlah satelit China memang benar masih relatif kecil.
Namun, China menekankan bahwa tujuan dia tidak sekadar memulai pembangunan jaringan komunikasi, melainkan sistem komputasi orbit berbasis Artificial Intelligence yang dimaksud berjauhan lebih lanjut kompleks serta otonom. Starlink sendiri diproyeksikan sanggup berprogres hingga lebih besar dari 30.000 satelit di beberapa tahun ke depan.
Menurut Jonathan McDowell, astrofisikawan dari Harvard University yang digunakan diambil oleh South China Morning Post, pendekatan China miliki keuntungan besar di efisiensi energi.
“Pusat data orbital dapat menggunakan tenaga surya serta membuang panasnya ke luar angkasa, sehingga menghurangi keperluan energi serta jejak karbon,” ujar McDowell. “Peluncuran hari ini merupakan uji terbang substansial pertama dari bagian jaringan di konsep ini.”
Dengan peluncuran perdana ini, China diperkirakan akan mempercepat penelitian kemudian pengerjaan teknologi orbit yang tersebut lebih tinggi kompleks. Hasrat utamanya adalah untuk mengungguli Amerika Serikat di teknologi luar angkasa, kecerdasan buatan, serta komputasi berkecepatan tinggi-tiga bidang yang dimaksud pada waktu ini menjadi inti persaingan geopolitik kemudian perekonomian global.
Meskipun belum ada tanggapan resmi dari United States Space Force melawan peluncuran ini, pelaku bidang kemudian kalangan militer dalam kedua negara dipastikan akan terus mengamati perkembangan Star Computing juga dampaknya terhadap konstelasi strategis ke orbit Bumi.
Next Article Starlink Kalah Jauh, Teknologi 6G China Ngebut Sampai Segini
Artikel ini disadur dari China Luncurkan ‘Senjata’ Terbaru, Bakal Ungguli AS dan Kuasai Dunia